Sebanyak 55 peserta dari 1.019 pendaftar dinyatakan lolos seleksi dalam program Dayamaya. Mereka berasal dari 34 provinsi se-Indonesia yang mengikuti seleksi yang dilakukan secara online melalui portal penggerak.dayamaya.id dan ditutup pada 30 September 2019 lalu. Langkah berikutnya, ke 55 pendaftar yang lolos seleksi tersebut akan mengikuti tahapan selanjutnya melalui seleksi wawancara pada tanggal 6-10 Oktober 2019 untuk memilih inovasi yang akan masuk ke tahap interview oleh tim kurasi.
Adapun, tim seleksi terdiri atas perwakilan BAKTI, serta expert yang menjadi bagian dari tim kurasi yaitu terdiri dari perwakilan Asosiasi Fintech Indonesia, Asosiasi e-commerce Indonesia, akademisi, pemerintahan, venture capital dan startup unicorn.
Setelah itu terpilih 30 inovasi yang akan diberikan fasilitas berupa barang/jasa senilai 100 hingga 300 juta rupiah. Fasilitas tersebut dapat digunakan untuk pengembangan SDM, eksekusi riset pasar, infrastruktur teknologi, hingga sosialisasi dan pemasaran.
Dayamaya merupakan inisiatif BAKTI dan pemerintah dengan visi mendukung pengembangan ekosistem ekonomi digital Indonesia terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) bagi kesejahteraan masyarakat, dengan semangat gotong royong bersama para stakeholder strategis, seperti startup, serta Usaha Menengah Kecil, dan Mikro (UMKM) digital.
Program ini mengusung semangat gotong royong antara BAKTI, pemerintah dan stakeholder strategis, untuk menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Melalui Dayamaya, BAKTI mengajak pelaku e-commerce dan UKM digital untuk bersinergi dalam mengembangkan potensi.
Selain itu, program Dayamaya juga dimaksudkan untuk menjalankan amanah Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Roadmap e-Commerce) Tahun 2017-2019.
Fokus utama dari program ini adalah memastikan solusi yang dibuat oleh startup dan komunitas ini memang menjawab permasalahan nyata yang ada di masyarakat. Maka dari itu, Dayamaya akan memfasilitasi startup dan komunitas terpilih untuk melakukan riset lapangan langsung ke daerah 3T yang dituju.
Fasilitasi Infrastuktur Ekosistem Ekonomi Digital
Direktur Utama BAKTI Anang Latif menjelaskan bahwa Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) tidak hanya berfokus pada Base Transceiver Station (BTS) di daerah yang paling utama, paling terbelakang, dan terluar tetapi juga menangani startup.
BAKTI, lanjut Anang, menggunakan dana Universal Service Obligation (USO). Dana USO sendiri didasarkan pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi No. 17 tahun 2016. Ini berarti dana tersebut dikumpulkan dari pendapatan kotor operator telekomunikasi sebesar 1,25 persen.
Ia menambahkan, ketika uang yang diterima dari operator menjadi penerimaan negara bukan pajak, secara otomatis menghilangkan asal-usulnya. Ini karena dana dikembalikan ke Kementerian Komunikasi dan Informasi. Jadi, kementerian ini sendiri harus menentukan bagaimana menggunakan uang itu. “Dalam hal ini, BAKTI memiliki mandat untuk tidak hanya fokus pada infrastruktur tetapi juga ekosistemnya,” ujarnya.
Sebagai hasilnya, BAKTI baru-baru ini mengadakan program yang disebut Dayamaya yang menawarkan barang dan jasa untuk membantu startup mengembangkan inisiatif. BAKTI Mendukung startup untuk Mendorong Ekonomi Digital Dalam hal membantu startup mengembangkan inisiatif, BAKTI lebih berfokus pada bagaimana startup dapat mendorong ekonomi digital, terutama di wilayah terluar.
Selain itu, mereka juga membuat kelompok kerja bernama Meaningful Broadband bersama dengan Dewan TIK Nasional. Karena itu, kami mendesain ulang USO untuk tidak hanya mengembangkan infrastruktur tetapi juga memikirkan bagaimana membuat ekosistem internet yang mendukung pemberdayaan wilayah terluar. “Pengembangan infrastruktur harus didorong dengan penggunaan internet untuk hal-hal yang positif, jangan sampai malah membuat kemunduran,” jelas Anang
Sementara itu, Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi Danny Januar Ismawan menyatakan, pengembangan ekosistem perlu dilakukan oleh BAKTI guna mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur TIK yang sudah tersedia, serta menciptakan permintaan dan peminatan terhadap infrastruktur TIK (demand creation).
Lebih lanjut, kata Danny, BAKTI juga mengajak ecommerce dan UKM digital untuk menciptakan solusi tepat guna bagi masyarakat di daerah 3T tersebut. Sinergi pada program Dayamaya ini akan difokuskan BAKTI pada sektor kesehatan, pendidikan, agribisnis, pariwisata, fintech, logistik dan ecommerce. “Visi kami adalah membangun ekosistem bagi masyarakat dan pemerintah di daerah 3T agar bisa menggunakan internet sebagai alat untuk memajukan sektor-sektor yang dapat menggerakkan perekonomian daerah,” ujar Danny.
Oleh karena itu, guna mewujudkan ekosistem ekonomi digital perlu adanya program fasilitasi agar tumbuh elemen yang dapat melengkapi ekosistemnya, yaitu startup dan komunitas. “Peran mereka adalah membuat inisiatif atau produk yang dapat merealisasikan potensi dan menjawab permasalahan masyarakat, secara berkelanjutan,” pungkas Danny.
Danny melanjutkan, hanya dalam waktu empat tahun sejak 2015, lebih dari 5.000 desa di Indonesia telah merasakan langsung kinerja BAKTI melalui program-program tersebut. Wilayah yang dilayani oleh BAKTI adalah desa-desa yang tidak feasible secara komersial sehingga operator telekomunikasi saja pun belum tentu hadir di sana 5 atau 10 tahun mendatang. Penyediaan infrastruktur telekomunikasi itulah yang menjadi program utama BAKTI. Program utama tersebut dilakukan melalui Program Penyediaan Backbone Palapa Ring, Penyediaan Last Mile/Base Transceiver Station (BTS), Penyediaan Satelit Multifungsi, dan Penyediaan Akses Internet.
Sumber : https://kominfo.go.id